TERAPI BENJOLAN DI TIROID TANPA OPERASI

Penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Saat ini banyak penderita tiroid atau kanker tiroid yang memiliki angka harapan hidup yang tinggi dengan pengobatan yang tepat pada waktu yang tepat.

Pembesaran kelenjar tiroid yang terletak di leher sering ditemukan dengan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) berkisar antara 33 hingga 68 persen pada orang dewasa. Biasanya tanpa gejala dan tidak dirasakan oleh pasien. Sebagian besar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus. Jika sudah ada gejala penekanan, tanda-tanda keracunan tiroid seperti gemetar, berdebar-debar, keringat berlebihan, berat badan turun drastis, gelisah atau masalah kosmetik maka pasien biasanya baru meminta pertolongan dokter.

Seiring dengan hadirnya inovasi di bidang teknologi medis, penanganan masalah kesehatan, seperti tiroid kini dapat ditangani dengan teknik minimal invasif. Tindakan modern ini dilakukan tanpa sayatan. Dengan tindakan ini, pasien dapat pulih lebih cepat sehingga menjadi pilihan alternatif tindakan yang lebih nyaman untuk pasien.

Rumah Sakit Awal Bros Tangerang memiliki pusat layanan Diabetes dan Tiroid untuk menegakkan diagnosa dan terapi kasus diabetes dan tiroid secara komprehensif.

Apa itu radio frekuensi ablasi?

Saat ini sudah dikembangkan tindakan minimal invasif tanpa operasi untuk menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak, seperti Percutaneous Ethanol Injection Ablation (PEIA), Percutaneous Laser Ablation (PLA) dan Radio Frequency Ablation (RFA).

Nodul atau benjolan kelenjar tiroid, walaupun jinak (non-kanker), dapat membesar dan menyebabkan kesulitan menelan atau bernapas, batuk terus-menerus, atau masalah kosmetik.

Radio frekuensi ablasi adalah prosedur invasif minimal untuk mengobati pembengkakan/nodul tiroid. Dengan bantuan USG, dokter dapat mengirimkan gelombang frekuensi radio untuk memanaskan pembengkakan tiroid dan mengecilkannya.

Prosedur radio frekuensi ablasi dilakukan selama rawat jalan menggunakan anestesi lokal yang memungkinkan pasien dapat segera melanjutkan aktivitas normal sehari-hari setelah prosedur ini.

Thyroid Radiofrequency Ablation (RFA) | Baylor Medicine

Tujuan dan manfaat radio frekuensi ablasi

Tujuan prosedur radio frekuensi ablasi yaitu mengobati pembesaran yang bersifat solid atau padat. Prosedur ini pertama kali dilakukan di Korea pada tahun 2006, kemudian mulai dilakukan di seluruh dunia pada tahun 2012.

Dokter Rochsismandoko berkata bahwa dengan prosedur radio frekuensi ablasi, pembesaran tiroid dapat berkurang antara 47,7% hingga 96,9%.

Manfaat radio frekuensi ablasi untuk mengobati pembesaran tiroid jinak yaitu:

  • Tidak ada bekas luka.
  • Pengurangan volume.
  • Tingkat komplikasi rendah.
  • Waktu pemulihan lebih singkat.
  • Dilakukan dengan anestesi lokal.
  • Sudah digunakan di seluruh dunia.
  • Termasuk prosedur minimal invasif.
  • Meningkatkan kualitas hidup pasien.
  • Dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
  • Memungkinkan tiroid berfungsi normal tanpa pengobatan jangka panjang.

Ada pun beberapa keuntungan dari radio frekuensi ablasi, yaitu:

  • Tanpa sayatan.
  • Aman dan nyaman.
  • Hanya anestesi lokal.
  • Masa pemulihan lebih cepat.
  • Komplikasi pasca tindakan minimal.
  • Biaya lebih rendah dibandingkan operasi.

Siapa yang tidak boleh melakukan radio frekuensi ablasi?

Meskipun jarang terjadi, radio frekuensi ablasi berisiko menyebabkan komplikasi serius, seperti perdarahan, infeksi, dan kerusakan saraf. Sebaiknya orang yang sedang hamil, mengalami infeksi, dan kelainan perdarahan tidak melakukan tindakan ini.

Risiko melakukan radio frekuensi ablasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi selama Anda menjalani prosedur radio frekuensi ablasi. Sebaiknya bekali diri Anda dengan informasi seputar kemungkinan komplikasi agar aman dan bisa dikelola dengan tepat.

Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat komplikasi setelah radio frekuensi ablasi adalah 3,3%, dengan tingkat komplikasi utama 1,4%.

1. Nyeri

Nyeri merupakan keluhan yang paling umum selama radio frekuensi ablasi. Namun, nyeri ini akan berkurang dengan cepat saat output generator dikurangi atau dimatikan. Nyeri biasanya sembuh dengan sendirinya dan hanya sedikit pasien yang mengeluhkan nyeri yang parah.

2. Perubahan suara

Perubahan suara merupakan komplikasi serius dari radio frekuensi ablasi dan kemungkinan besar disebabkan oleh cedera pada saraf daerah laring di dekat pita suara atau perdarahan. Cedera saraf ini dapat dicegah dengan prosedur tertentu.

3. Hematoma

Hematoma adalah kondisi terdapatnya darah yang terkumpul di luar pembuluh darah yang lebih besar. BIasanya terjadi karena cedera atau trauma di area tersebut. Cedera dapat menyebabkan dinding pembuluh darah pecah, sehingga darah dapat masuk ke jaringan di sekitarnya. Hematoma dapat terjadi di pembuluh darah apa pun, termasuk vena, arteri, dan kapiler.

Hematoma biasanya dapat dikontrol dengan mengompres leher selama beberapa menit. Perdarahan parathyroid yang serius dapat dicegah dengan memeriksa pembuluh darah parathyroid sebelum memasukkan elektroda dan dengan menggunakan elektroda lubang kecil. Kebanyakan hematoma akan hilang dalam satu atau dua minggu.

4. Luka bakar di kulit

Luka bakar di kulit sebagian besar derajat pertama, yang mungkin muncul di lokasi tusukan elektroda, terutama bila nodul tiroid besar dan kulit membengkak. Perubahan warna kulit biasanya akan hilang dalam waktu satu minggu setelah prosedur dan tanpa gejala.

5. Nodul pecah

Pecahnya nodul disertai dengan pembengkakan leher dan nyeri. Ini terjadi akibat ekspansi volume akut dari nodul akibat perdarahan. Komplikasi ini biasanya dapat ditangani dengan antibiotik atau analgesik.

Lama waktu melakukan radio frekuensi ablasi

Lama prosedur radio frekuensi ablasi kurang lebih 1 jam dengan masa observasi setelah tindakan antara 10 hingga 12 jam. Efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa nyeri, panas atau bengkak di leher yang sebagian besar akan sembuh sendiri tanpa memerlukan obat.

Prosedur sebelum radio frekuensi ablasi

Persiapan untuk tindakan radio frekuensi ablasi, pasien sebelumnya akan menjalani pemeriksaan fisik, skrining USG leher, pengambilan contoh darah untuk menilai faktor pembekuan darah, gula darah, fungsi tiroid dan lainnya jika dibutuhkan. Untuk menentukan apakah pembesaran kelenjar tiroid bersifat jinak atau ganas dibutuhkan biopsi dengan jarum halus (FNAB/Fine Needle Aspiration Biopsy).

Prosedur selama radio frekuensi ablasi

Prosedur radio frekuensi ablasi tidak membutuhkan sayatan dan hanya menggunakan bius lokal, sehingga pasien lebih nyaman, aman dan persiapan untuk tindakan juga jauh lebih sederhana.

Pada metode ini sebuah elektroda dimasukkan ke dalam leher dengan bimbingan USG sampai mencapai tumor di dalam kelenjar tiroid, kemudian dialirkan energi termal yang dibangkitkan melalui generator listrik frekuensi tinggi untuk merusak struktur tumor.

Energi frekuensi radio yang dipancarkan dari ujung jarum menyebabkan kerusakan jaringan yang ditargetkan dengan sangat tepat. Jarum dipandu secara sistematis melalui seluruh nodul dan prosesnya diulangi sampai nodul benar-benar mengecil.

Anda bisa pulang sekitar 30 hingga 45 menit setelah tindakan. Dokter mungkin memberi Tylenol untuk mengelola ketidaknyamanan pasca tindakan. Ikuti petunjuk dari dokter Anda selama prosedur radio frekuensi ablasi dilakukan.

Prosedur sesudah radio frekuensi ablasi

Kebanyakan pasien dapat kembali beraktivitas setelah mendapat tindakan radio frekuensi ablasi. Meskipun begitu, Anda mungkin masih butuh istirahat selama beberapa hari sebelum benar-benar kembali ke aktivitas normal.

Ketika Anda dipulangkan, dokter Anda mungkin membuat rekomendasi untuk membantu Anda pulih dengan lebih nyaman. RIsiko komplikasi seperti nyeri terbakar atau hipersensitivitas di area prosedur mungkin terjadi. Rata-rata nyeri ini berlangsung tidak lebih dari 1 hingga 2 minggu setelah tindakan.

Pereda nyeri akan bekerja 2 hingga 3 minggu setelah tindakan. Ada kemungkinan bahwa Anda merasa lemah di punggung atau leher yang akan berangsur hilang saat Anda pulih.

Cara merawat pasien setelah radio frekuensi ablasi

Kemungkinan besar Anda masih akan merasakan sakit yang berkepanjangan selama masa pemulihan. Dokter mungkin memberi instruksi tertentu untuk mengatasi nyeri di area bekas tindakan. Dokter mungkin juga memberi resep pereda nyeri atau petunjuk pengobatan untuk obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas.

Sangat umum bagi pasien yang menderita nyeri kronis untuk mengalami dekondisi (menurunnya fungsi tubuh), karena sulit untuk tetap aktif dengan rasa sakitnya.

Rawat pasien setelah radio frekuensi ablasi sesuai petunjuk dokter. Jika rasa sakit berulang dan berkepanjangan, konsultasikan dengan dokter. Mungkin dokter akan merekomendasikan prosedur kedua untuk menghilangkan rasa sakit.